Kandungan
budi pekerti tokoh wayang panakawan
dapat dicermati dari asal-usul katanya. Panakawan
berasal dari kata pana yang berarti
paham (arif) dan kawan berarti
sahabat. Dengan demikian, panakawan berarti sahabat yang arit . Hal ini akan
terungkap dari peran panakawan yang
antara lain sebagai pengendali perbuatan yang dilakukan oleh bendaranya. Panakawan catur dalam pewayangan gagrag
Mataram (Ngayoyogjakarta) maupun gagrag Surakarta yakni: Semar, Gareng, Petruk dan Bagong
adalah lambing dari konsep: cipta, rasa,
karsa dan karya. Maka dalam diri
manusian akan digerakkan oleh empat tokoh panakawan tersebut.
Semar
Semar
Tokoh Semar adalah lambang karsa
atau kemauan yang agung, baik, dan luhur. Kata Semar, berasal dari bahasa Arab simaar, artinya paku. Maksudnya, kebenaran yang didukung oleh Semar sifatnya kuat
dan kokoh seperti paku. Semar merupakan lambang ibadat, yaitu menyebut asma
Allah. Dalam wawasan kosmologi Jawa
Semar merepresentasikan sebagai pengendali nafsu kebaikan dan kebajikan.
Sedangkan pengendali nafsu keangkaramurkaan adalah Togog. Menurut dokrin Kejawen,
Semar akan mengendalikan nafsu maraga
(mutmainah), sedangkan Togog mengendalikan nafsu sukarda (sufiah), angkara (amarah) dan lodra (aluamah).
Nala Gareng
Gareng,
melambangkan cipta (akal) manusia.
Kata Gareng berasal dari bahasa Arab naala
qariin (Nala Gareng) yang artinya memperoleh
banyak kawan. Mata Gareng yang kera (juling) melambangkan bahwa ia senang berpikir. Tangannya ceko (bengkok-bengkok), menunjukkan nalar yang berliku-liku, tidak polos
pada satu sasaran saja, melainkan penuh
pertimbangan. Kakinya gejig
(pincang) , melambangkan sikap
kehati-hatian. Ini menggambarkan bahwa kawruh perlu disusun berdasarkan
dalil-dalil yang penuh kehati-hatian dan kecermatan. Gareng juga bernama Nala Gareng yang biasanya oleh ki dalang
diartikan sebagai hati yang kering,
bukanlah dunia ilmu, dunia penalaran itu kering. Nama lain Gareng adalah Pancal Pamor , yang berarti menolak sesuatu yang serba gemerlap.
Petruk
Petruk,
adalah lambang dari rasa. Ia paling
banyak menghibur terhadap bendara. Kata Petruk berasal dari bahasa Arab fatruk, artinya tinggalkanlah. Hal ini sejalan dengan kalimah “fat – ruk – kullu man siiwallaahi”, artinya tinggalkanlah segala
hal yang bukan dari Allah. Berbagai ibadah jika tidak disertai tindakan
meninggalkan larangan Tuhan, akan sia-sia. Petruk juga bernama Kanthong Bolong. Artinya kanthong yang selalu kosong. Hal ini
berarti bahwa Petruk merupakan lambing dari budi pekerti yang sepi ing pamrih.
Bagong,
adalah lambing dari karya. Ia
bayangan dari karsa (Semar). Kata Bagong berasal dari bahasa Arab : baghaa yang artinya memberontak terhadap kebatilan, kedzaliman.
Tokoh Bagong merepresentasikan watak anti perbuatan yang tidak baik, yang tidak
terpuji. Dengan demikian panakawan Semar,
Gareng, Petruk, dan Bagong merupakan
lambang budi pekerti manusia agar menjalankan ibadah sebaik-baiknya. Ibadah
harus disertai amar ma’ruf nahi munkar,
perlu pertimbangan pikir dan penuh mawas diri, serta meninggalkan larangan
Tuhan. Keempat panakawan tersebut selalu muncul dalam adegan gara-gara. Kata Gara-gara adalah jarwa dhosok
gar + a (pagar + agama). Hanya
dengan pagar agama (ibadah) manusia akan menjadi baik.
Sumber bacaan : Suwardi Endraswara. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra.
Yogyakarta: Kota Kembang.
Sumber bacaan : Suwardi Endraswara. 2003. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra.
Yogyakarta: Kota Kembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar