MAKNA
RELIGI LAGU DOLANAN SLUKU-SLUKU BATHOK
Sluku-sluku bathok / bathoke
ela-elo/ si rama menyang kutha / leh-olehe payung motha, pak jenthit lo-lo bah,
uwong mati ora obah/ yen obah medeni bocah/ yen urip goleka dhuwit//
Lagu
dolanan tersebut di atas tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa tempo dulu, yang
ternyata lagu Sluku-sluku Bathok ini sebagai metode dakwah para wali. Budi
pekerti religi dalam tembang dolanan ini dapat ditafsirkan sebagai berikut :
Sluku-sluku
bathok, berasal dari silap dengan bahasa Arab “ghusluk-ghusluk batnaka”, Maksudnya : “Basuhlah, bersihkanlah
batinmu. Atau bersihkanlah perutmu (batnaka), juga identic bersihkanlah hatimu.
Penyucian hati (ening) dengan berdzikir
kepada Allah.
Lafal dzikirnya adalah : bathoke ela –elo , “batnaka lailaha ilallah”.
Artinya menyebut kalimah taukhid bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT.
Penyucian batin juga harus ditunjang dengan
ucapan : si rama menyang kutha, dari bahasa Arab “sir uma yasluka”, maksudnya, mengikuti jalan (yasluka, salaka) yang dilalui oleh Uma (Nabi Muhammad SAW). Ajaran
ini menghendaki agar kita mengikuti ajaran Islam secara kafah, utuh, mengikuti
sunah rasul.
Dalam
mentaati ajaran Allah dan rasul-Nya harus : oleh-olehe
paying motha, yang berasal dari bahasa Arab “ La illaha ilallah hayun wal mauta, atau lakhaula wa laquata illa
billah hayun wal mauta”. Maksudnya, menyebut kalimah tauhid itu sejak lahir
(hayun, hidup) sampai mati (mauta)
untuk mendapatkan khusnul khatimah. Kalimat ini juga bermakna pasrah kepada
Allah SWT, hidup dan mati manusia adalah pepesthen
Allah.
Sampai
tahap demikian, manusia belum menjadi sempurna, karenanya harus melakukan : mak jenthit lolobah, yang juga berasal
dari bahasa Arab : “Mandzolik muqarabah”
Kata mandzalik berarti berhati-hati terhadap kesalahanmu. Muqarabah berarti introspeksi, evaluasi
diri, mulat sarira, meneliti kesalahannya. Orang yang berani mengakui
kesalahanya, dosa-dosanya adalah jalma linuwih dan termasuk dalam tataran : wong mati ora obah, “hayun wal mauta
inalillahi”. Maksudnya, hidup mati hanya bersandar kepada Allah. Orang Jawa
memiliki pegangan siji pesthi, loro jodho
lan telu tibane wahyu ditangan Tuhan. Tentang pesthi / maut ini orang Jawa
juga punya semboyan : “Senajan
digedhongana, dikuncenana manungsa ora bisa suwala”
Laku
religius semacam itu merupakan pembuka jalan manusia agar selalu : nek obah medeni bocah, “Mahabatan mahrojuhu
taubatan”. Mahabatan artinya senang
kepada Tuhan agar selalu dikasihi. Agar selalu dicintai Allah harus mahrojuhu yaitu mencari dalan padhang
(berbuat baik) dengan jalan tobat (taubatan
nasuha).
Dengan
tobat, manusia akan mengetahui sangkan paraning dumadi, yakni seperti dalam
gatra lagu : nek urip goleka dhuwit, “yasrifu
innal khalaqnal insane min main dhofiq” Maksudnya bahwa manusia dapat hidup
mulia karena mengetahui asal-usulnya, bahwa asal mula kejadian manusia dari dhofiq (air mani).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar