Sesanti

Sesanti

Senin, 16 Desember 2013

PEPINDHAN


NGENGRENGAN KASUSASTRAN JAWA 1
KARYA : S. PADMOSOEKOTJO

A. PEPINDHAN

Kata pepindhan berasal dari akar kata pindha yang diulang pada suku kata awal (dwipurwa) dan akhiran –an. Artinya pindha ialah seperti. Sinonim kata pindha adalah lir, pendah, kadi, kadya dan yayah. Pengertian pepindhan ialah ungkapan yang mengandungi maksud pepadhan ‘persamaan’, irib-iriban ‘mirip’, dan emper-emperan ‘menyerupai’. Struktur  kalimat  dalam pepindhan menggunakan kata pindha atau dasanama ‘sinonim’, tetapi terdapat kata pembentukan tembung andhahan yang bermakna “seperti”.
Ungkapan dinamakan pepindhan adalah disebabkan kalimat yang disusun itu mempunyai makna pepindhan ‘seperti’, irib-iriban ‘mirip’, atau pepadhan ‘persamaan’. Jadi, hal yang perlu diperhatikan adalah susunan kalimatnya.

B. CANDRA

Arti  kata candra ialah menggambarkan atau melukiskan “keindahan atau keadaan” dengan menggunakan pepindhan. Candra yang perlu diperhatikan adalah “penggambaran keindahan atau keadaan”; dan bukannya susunan kalimat  yang dipentingkan. Susunan kalimat  yang berupa pepindhan hanya dijadikan sarana panyandra ‘melakukan kegiatan‘candra’.                                                         

C. BASA RINENGGA (BAHASA YANG DIHIASI)

Arti kata rinengga ialah dipajang ‘dipamerkan’, dipacaki ‘dihiasi’, dan dipaesi ‘dihiasi’. Kata padanan “rinengga” dan sinonimnya dalam bahasa Kawi adalah “kinarawistha”. Bahasa yang dihiasi itu disebut basa rinengga atau basa pacakan, atau juga basa bregasan.
Adapun salah satu cara untuk menghiaskan bahasa menjadi basa rinengga ialah dengan menggunakan bahasa Kawi, atau menggunakan bahasa yang ditata sedemikian rupa (dakik-dakik), yang tidak biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, basa rinengga yang perlu diperhatikan ialah bahasanya. Semua ungkapan atau rangkaian bahasa yang berisi basa bregasan atau basa pacakan bahasanya termasuk dalam basa rinengga ‘bahasa yang dihiasi’.
Contoh 1: Grana rungih pindha kencana pinatar ‘Hidung yang
bentuknya bagus seperti tangga emas yang dihaluskan dengan kikir’.
1.   Ungkapan Grana  rungih  pindha  kencana  pinatar  disebut
pepindhan jika berdasarkan susunan ayatnya.
2.   Ungkapan Grana rungih pindha kencana pinatar, jika dicermati bahagian isinya, ia berisikan candra atau gambaran hidung yang bentuknya bagus dan warnanya indah (kuning seperti emas berkilauan dengan sarana patar atau kikir). Ungkapan tersebut disebut candra berdasarkan isinya.
3.   Ungkapan Grana rungih pindha kencana pinatar, jika ditinjau dari segi bahasanya tersusun secara tertata (dakik-dakik), ungkapan tersebut juga disebut sebagai basa rinengga, basa bregasan, atau basa pacakan (bahasa yang dihiasi).

Contoh 2: Kesit kadya thathit, cukat kadya kilat ‘Gesit seperti petir, cepat seperti kilat’.
1.   Ungkapan Kesit kadya thathit, cukat kadya kilat disebut pepindhan
berdasarkan susunan ayatnya.
2.   Ungkapan Kesit kadya thathit, cukat kadya kilat disebut candra bila berdasarkan isi ia berisikan penggambaran pekerjaan yang serba cepat dan terampil (kebat-cukat-trengginas- trampil).
3.   Ungkapan Kesit kadya thathit, cukat kadya kilat disebut basa rinengga ‘bahasa yang dihiasi berdasarkan bentuk bahasanya’.
4.    Ungkapan  Kesit  kadya  thathit,  cukat  kadya  kilat  disebut  purwakanthi guru swara ‘tatanan untuk memperindah bunyi’ adalah berdasarkan bunyi di bahagian awal yang menyatu atau seirama dengan bahagiannya yang terakhir. Adapun tatanan bunyi yang seirama.  Pepindhan  itu terletakpada kata kesit ‘gesit’ seirama dengan kata thathit ‘petir’, dan kata cukat ‘cepat’ seirama dengan kata kilat ‘kilat’.
Contoh 3: Malang gambuhi ‘menyerupai belalang, yang belalang betinanya dengan badannya lebih besar daripada belalang jantan’.
1.   Ungkapan Malang gambuhi biasanya dinyatakan sebagai kaya walang gambuh ‘seperti belalang yang belalang betinanya lebih besar daripada belalang jantan’. Ungkapan kaya walang gambuh itu disebut pepindhan, berdasarkan susunannya.
2.   Ungkapan malang gambuhi jika berdasarkan isinya ia berisikan
penggambaran orang yang sudah berumah-tangga, dengan badan wanitanya lebih besar daripada lelaki. Ungkapan malang gambuhi ini disebut bebasan.
3.   Ungkapan malang gambuhi disebut pepindhan jika berdasarkan susunan ayatnya, dan disebut pepindhan, berdasarkan maknanya. Walang gambuh disebut pepindhan ialah badan belalang betina lebih besar daripada belalang jantan.

Contoh 4: (Kaya) Gajah ngidak rapah ‘(seperti) gajah menginjak daun-daun dan ranting yang sudah berserakan di bumi’.
1.   Ungkapan (kaya) gajah ngidak rapah jika berdasarkan susunan
ayatnya disebut pepindhan.
2.   Ungkapan (kaya) gajah ngidak rapah bila berdasarkan maknanya disebut saloka. Saloka (Padmosoekotjo 1955: 52) adalah bahagian daripada ungkapan yang menggunakan kata kias (tembung entar), dengan catatan ungkapan tersebut tidak boleh dirubah penggunaannya, dan ia mengandungi makna pepindhan ‘simile’. Saloka dalam ungkapan (kaya) gajah ngidak rapah itu menggambarkan orang yang melanggar aturannya sendiri, orang yang perbuatannya tidak selaras dengan ucapannya, atau orang yang berubah-ubah.
3.   Ungkapan (kaya) gajah ngidak rapah jika berdasarkan suara di bahagian awal (gajah) ada yang menyatu atau seirama dengan suara di bahagian akhir (rapah) itu disebut purwakanthi guru-swara
‘tatanan untuk memperindah bunyi’.
Contoh 5: Kekejera kaya manuk branjangan, kopat-kapita kaya ula tapak-angin; daksaut daksabetake prabatang, sirna ilang kuwandamu.‘Terbanglah seperti burung Branjangan, bergeraklah seperti ular Tapak-angin; kuambil/kurebut kupukulkan kayu besar yang sudah roboh, sirna hilang tubuhmu’.
1.   Ungkapan “Kekejera kaya manuk branjangan, kopat-kapita kaya ula tapak-angin; daksaut daksabetake prabatang, sirna ilang kuwandamu” itu jika ditinjau daripada ayatnya disebut pepindhan.
2.   Ungkapan “Kekejera kaya manuk branjangan, kopat-kapita kaya
ula tapak-angin; daksaut daksabetake prabatang, sirna ilang kuwandamu” bila ditinjau daripada isi ayatnya disebut ayat seruan
‘ukara sesumbar’.
3.   Ungkapan “Kekejera kaya manuk branjangan, kopat-kapita kaya ula tapak-angin; daksaut daksabetake prabatang, sirna ilang kuwandamu” jika berdasarkan bentuk bahasanya disebut bahasa yang dihias (basa rinengga atau basa pacakan).

Contoh 6: Renggang gula, kemepyur pulut ‘Renggang gula, terpisahnya butiran getah’.
1.   Ungkapan “Renggang gula, kumepyur pulut” jika berdasarkan susunan ayatnya disebut pepindhan.
2.   Ungkapan “Renggang gula, kumepyur pulut” bila berdasarkan urut- urutan rangkaian kata, iaitu kata sifat digabungkan dengan kata nama, disebut sanepa. Sanepa (Padmosoekotjo 1956: 44) adalah ayat pepindhan yang tetap penggunaannya, tersusun daripada kata sifat disambung dengan kata nama.
3.   Ungkapan “Renggang gula, kumepyur pulut” jika berdasarkan bentuk bahasanya yang indah, disebut basa rinengga atau basa pacakan ‘bahasa yang dihias’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar