Sesanti

Sesanti

Minggu, 29 Desember 2013

SLUKU-SLUKU BATHOK



MAKNA RELIGI  LAGU DOLANAN SLUKU-SLUKU BATHOK


Sluku-sluku bathok / bathoke ela-elo/ si rama menyang kutha / leh-olehe payung motha, pak jenthit lo-lo bah, uwong mati ora obah/ yen obah medeni bocah/ yen urip goleka dhuwit//

Lagu dolanan tersebut di atas tidak asing lagi bagi masyarakat Jawa tempo dulu, yang ternyata lagu Sluku-sluku Bathok ini sebagai metode dakwah para wali. Budi pekerti religi dalam tembang dolanan ini dapat ditafsirkan sebagai berikut :
            Sluku-sluku bathok, berasal dari silap dengan bahasa Arab “ghusluk-ghusluk batnaka”, Maksudnya : “Basuhlah, bersihkanlah batinmu. Atau bersihkanlah perutmu (batnaka), juga identic bersihkanlah hatimu. Penyucian hati (ening) dengan berdzikir  kepada Allah.
            Lafal dzikirnya adalah : bathoke ela –elo , “batnaka lailaha ilallah”. Artinya menyebut kalimah taukhid bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT.
 Penyucian batin juga harus ditunjang dengan ucapan  : si rama menyang kutha, dari bahasa Arab “sir uma yasluka”, maksudnya, mengikuti jalan (yasluka, salaka) yang dilalui oleh Uma (Nabi Muhammad SAW). Ajaran ini menghendaki agar kita mengikuti ajaran Islam secara kafah, utuh, mengikuti sunah rasul.
Dalam mentaati ajaran Allah dan rasul-Nya harus : oleh-olehe paying motha, yang berasal dari bahasa Arab “ La illaha ilallah hayun wal mauta, atau lakhaula wa laquata illa billah hayun wal mauta”. Maksudnya, menyebut kalimah tauhid itu sejak lahir (hayun, hidup) sampai mati (mauta) untuk mendapatkan khusnul khatimah. Kalimat ini juga bermakna pasrah kepada Allah SWT, hidup dan mati manusia adalah pepesthen Allah.
Sampai tahap demikian, manusia belum menjadi sempurna, karenanya harus melakukan : mak jenthit lolobah, yang juga berasal dari bahasa Arab : “Mandzolik muqarabah” Kata mandzalik berarti  berhati-hati terhadap kesalahanmu. Muqarabah berarti introspeksi, evaluasi diri, mulat sarira, meneliti kesalahannya. Orang yang berani mengakui kesalahanya, dosa-dosanya adalah jalma linuwih dan termasuk dalam tataran : wong mati ora obah, “hayun wal mauta inalillahi”. Maksudnya, hidup mati hanya bersandar kepada Allah. Orang Jawa memiliki pegangan siji pesthi, loro jodho lan telu tibane wahyu ditangan Tuhan. Tentang pesthi / maut ini orang Jawa juga punya semboyan : “Senajan digedhongana, dikuncenana manungsa ora bisa suwala”
Laku religius semacam itu merupakan pembuka jalan manusia agar selalu : nek obah medeni bocah, “Mahabatan mahrojuhu taubatan”. Mahabatan  artinya senang kepada Tuhan agar selalu dikasihi. Agar selalu dicintai Allah harus mahrojuhu yaitu mencari dalan padhang (berbuat baik) dengan jalan tobat (taubatan nasuha).
Dengan tobat, manusia akan mengetahui sangkan paraning dumadi, yakni seperti dalam gatra lagu : nek urip goleka dhuwit, “yasrifu innal khalaqnal insane min main dhofiq” Maksudnya bahwa manusia dapat hidup mulia karena mengetahui asal-usulnya, bahwa asal mula kejadian manusia dari dhofiq (air mani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar