Bentuk
Lambang Daerah Istimewa
Yogyakarta
atau sering disebut golong-gilig
adalah lambang berbentuk bulat (golong)
dan silinder (gilig)
yang terdiri dari lukisan bintang, padi dan kapas, tugu bersayap, lingkaran
merah yang mengelilingi lingkaran putih, dan ompak bertatakan teratai (sumber :
wikipedia).
Makna
- Landasan Idiil Pancasila, digambarkan dengan bintang emas bersegi lima (Ketuhanan Yang Maha Esa), tugu dan sayap mengembang (Kemanusiaan yang adil dan beradap), bulatan-bulatan merah dan putih (Persatuan Indonesia), ompak, batu penyangga saka guru/ tugu (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perusyawaratan perwakilan), dan padi-kapas (keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia)
- Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, digambarkan dengan 17 bunga kapas, 8 daun dan 45 butir padi.
- Tata kehidupan gotong royong digambarkan dengan bulatan (golong) dan tugu berbentuk silinder (gilig).
- Nilai-nilai keagamaan, pendidikan dan kebudayaan, digambarkan dengan bintang emas bersegi dan sekuntum bunga melati di puncak tugu. Bunga melati dan tugu yang mencapai bintang mengambarkan rasa susila dengan pendidikan dan kebudayaan luhur serta ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bunga Melati yang sering digunakan dalam upacara sakral mengandung nilai seni, budaya dan religius.
- Semangat perjuangan dan kepahlawanan digambarkan dengan warna-warna merah putih yang dominan, serta tugu yang tegak.
- Semangat terbentuk Daerah Istimewa Yogyakarta dilukiskan dengan sayap mengembang berbulu 9 helai di bagian luar dan 8 helai di bagian dalam, menggambarkan peranan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII, yang pada tanggal 5 September 1945 mengeluarkan amanatnya untuk menggabungkan daerah Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Keadaan alam DIY dilukiskan dengan warna hijau tua dan hijau muda karena ada bagian ngarai yang subur dan ada daerah perbukitan yang kering.
- Candrasengkala / Suryasengkala terbaca dalam huruf Jawa: “Rasa Suka Ngesthi Praja, Yogyakarta Trus Mandhiri”, yang artinya dengan berjuang penuh rasa optimisme membangun Daerah Istimewa Yogyakarta untuk tegak selama-lamanya: rasa (6) suka (7) ngesthi (8) praja (1) adalah tahun Masehi 1945, yaitu tahun defacto berdirinya Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Bersatu, adil dan makmur, dilukiskan dengan tugu tegak yang dilingkaran dengan padi dan kapas. Nilai-nilai peradaban yang luhur digambarkan secara menyeluruh berwujud ukiran, sungging dan prada yang indah (sumber : Pemprov DI. Yogyakarta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar