TATA NILAI MATA PENCAHARIAN
Meskipun
hidup di dunia
hanya sementara, tetapi
tugas mulia yang
harus ditunaikan manusia ialah
bersungguh-sungguh berusaha keras secara terus-menerus (sepi ing pamrih ramé ing gawé)
mengusahakan dan menjaga
kebenaran, kebaikan, keindahan, keselamatan, dan kelestarian dunia
(hamemayu hayuning bawana). Wujud nyata tugas mulia itu dilakukan
manusia dengan bekerja. Orang tidak boleh berpangku tangan saja tanpa bekerja (lungguh jégang sila tumpang),
dengan mengharap rejeki seakan-akan
bakal jatuh dengan sendirinya
dari langit (thenguk-thenguk nemu
kethuk; ngentèni endogé blorok). Setiap orang harus
bertekad bulat (cancut taliwanda)
berusaha keras (mbudidaya)
mengerjakan sesuatu pekerjaan yang berguna baik bagi dirinya sendiri,
keluarganya, masyarakat sekitarnya, negaranya, maupun bagi umat manusia
seluruhnya.
Bekerja harus dilandasi kesungguhan lahir batin
menghadapi segala tantangan, kesulitan, dan risiko yang mungkin timbul. Barang
siapa yang takut dan malas menghadapi tantangan, kesulitan, dan risiko
perkerjaan, dia takkan mendapat hasil yang layak (sapa wania ing gampang, wedia ing éwuh, sabarang nora tumeka).
Dalam menghadapi setiap tantangan, kesulitan, dan risiko pekerjaan apa pun,
orang harus senantiasa berteguh hati dalam berpendirian, handal dan ulet dalam
menghadapi masalah, cakap dan tangkas dalam menyelesaikan persoalan (tatag, tanggon, trengginas). Dalam
menyelesaikan pekerjaan bersama, masing-masing pihak yang terlibat harus
memelihara kebersamaan dan kekompakan (saiyeg
saeka kapti) agar pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.
Bekerja tidak boleh serampangan, terburu-buru,
sembrono, dan asal jadi, melainkan harus teliti, cermat, dan penuh perhitungan,
agar mendapat hasil yang maksimal (alon-alon
waton kelakon, kebat kliwat, gancang pincang). Oleh karena itu, bekerja
harus dirancang dan ditata dengan tertib, diorganisasikan dan dikelola dengan
teratur (tata), semua kegiatan kerja
harus dilaksanakan dengan cermat dan saksama (titi), setiap sasaran yang dituju harus ditempuh dengan
langkah-langkah yang benar dan tepat
(titis), dan semua pekerjaan harus diselesaikan dengan tuntas (tatas) tanpa menyisakan masalah. Hasil
kerja ditentukan oleh seberapa besar pikiran, tenaga, dan biaya yang
dicurahkan. Semakin tinggi hasil yang dikehendaki, semakin tinggi pula
pengorbanan yang dituntut (jer basuki
mawa béya).
Dalam melakukan pekerjaan, setiap orang
menginginkan penghasilan yang layak bagi keberlangsungan hidupnya, untuk
memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Begitu pula dalam
dunia perniagaan, memperoleh
keuntungan merupakan tujuan
utamanya. Akan tetapi, mencari
keuntungan tidak boleh berujung keserakahan dengan cara membabi buta sehingga
dapat berakibat merugikan orang lain. Setiap transaksi harus dilakukan dengan
jujur dan adil. Harga ditetapkan dan disepakati menurut kualitas barang atau
jasa yang ditransaksikan (ana rega ana
rupa). Dengan demikian, mencari keuntungan berarti bukan hanya
menguntungkan diri sendiri, melainkan juga menguntungkan orang lain sekaligus,
alias saling menguntungkan. Mencari kemakmuran dan kesejahteraan berarti saling
memakmurkan dan mensejahterakan satu sama lain.
Dalam mengelola perekonomian, tidak boleh
menghambur-hamburkan pengeluaran uang tanpa pertimbangan matang. Pengeluaran
harus dikelola dengan hemat, cermat, dan amat berhati-hati (gemi, nastiti, ngati-ati) dengan mempertimbangkan skala prioritas
secara bijaksana menurut urgensinya,
agar tata alur
dan tata alir
keuangan yang baik
tetap terjamin
keberlangsungannya. Kepentingan pribadi
harus diperjuangkan, namun kepentingan bersama tetap harus dijaga.
Perniagaan tidak boleh menyuburkan egoisme dan
individualisme, melainkan harus
tetap dapat menjamin
keharmonisan dan persaudaraan
dalam masyarakat. Dalam situasi yang amat sulit, untuk sementara waktu berniaga
dengan rugi sedikit tidak mengapa asal persaudaraan dan kesejahteraan bersama
tetap terjaga (tuna satak, bathi sanak).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar