TATA
NILAI MORAL
Menjaga kebaikan, keindahan, dan kelestarian dunia
harus dimulai dari diri manusia sendiri dengan menjaga kebenaran pemikiran dan
ucapan, kebaikan perilaku, keharmonisan dan keindahan tatanan pergaulan hidup,
baik dengan sesama manusia, dengan alam semesta, maupun terutama
dengan Tuhan. Kebenaran
pemikiran dan ucapan
membuahkan kejujuran, dan kejujuran membuahkan kebaikan. Terdapat
kepastian yang tak terelakkan bahwa barang siapa berbuat baik dengan benar,
niscaya dia akan tegak dan barang siapa berbuat salah dengan cara apa pun,
pasti dia akan runtuh (wong bener jejer,
wong salah sèlèh), tidak peduli apakah dia seseorang yang berdarah biru
(trahing kusuma rembesing madu, wijining atapa, tedhaking andana warih) atau
berharta dan berkedudukan sosial tinggi (bèr
bandha bèr bandhu, kajèn kèringan), ataukah orang kecil (wong cilik) dengan status sosial
rendah (wong pidak pejarakan). Sesungguhnya,
harkat dan martabat seseorang lebih ditentukan oleh kata
dan perbuatannya (ajining dhiri saka
lathi lan pakarti). Barang siapa berbuat baik tampaklah kebajikannya,
barang siapa berbuat kejahatan akan ketahuan pula keburukannya, dan barang
siapa berbuat kejahatan niscaya
akan sirna keberuntungan dan keberkatannya,
dan dijauhkan dari kasih sayang dan anugerah Tuhan (becik ketitik ala ketara, sapa kang agawé ala bakal sirna wahyuné). Sehebat
apa pun kekuatan keangkaramurkaan akan dapat ditundukkan oleh kebajikan (sura sudira jayaning kang rat, swuh brastha
tekaping ulah darmastuti).
Dunia ini berputar dan berubah, begitu pula dengan
nasib manusia juga berubah-ubah, berputar,
berganti (cakramanggilingan). Oleh
karena itu manusia
jangan mudah takjub dengan kesementaraan perubahan yang
memukau (aja gumunan, aja kagetan),
dan jangan pula menyombongkan diri dan meremehkan orang lain dikala dirinya
berjaya sementara orang lain sedang
sengsara (aja dumeh). Boleh
jadi suatu saat
nanti status sosial seseorang atau keturunan orang yang
status sosialnya tinggi menjadi sengsara, sementara orang kecil atau keturunan
orang yang berstatus sosial rendah malahan bisa berjaya (tunggak jarak mrajak,
tunggak jati mati).
Manusia harus berhati-hati
dalam bertindak, jangan sampai melukai
dan atau merugikan pihak lain. Setiap perbuatan yang dilakukan pasti akan
berbuah akibat yang diterima oleh pelakunya (ngundhuh
wohing pakarti). Perbuatan baik akan berbuah kebajikan, perbuatan buruk
akan berbuah keburukan (sapa kang nandur
bakal ngundhuh, sapa kang gawé bakal nganggo, sapa kang utang bakal nyaur).
Watak mulia harus diikhtiarkan dengan menjauhi
perangai buruk seperti angkuh, bengis, jahil, serakah, panjang tangan, gila
pujian (aja ladak lan jail, aja serakah,
aja celimut, aja mburu aleman). Jangan menyombongkan kepandaian, harta,
paras elok, dan busana (aja sira
ngegungaken akal, bagus iku dudu mas picis, lawan dudu sandhangan). Jangan
pula menyombongkan diri dengan keberanian, suka menantang untuk bertengkar,
tidak tahu malu, iri hati, dengki, dan suka mencela orang lain (aja watak sira sugih wani, aja sok ngajak
tukaran, aja anguthuh, aja ewanan lan aja jail, poma sira aja drengki, dahwen
marang ing sasama). Dalam hidup hendaklah orang jangan menyombongkan diri
dengan berlebih-lebihan membanggakan kekuatan baik fisik, harta, maupun
kekuasaanya, keagungan keturunan atau kebesaran derajat sosialnya, dan
kepandaiannya (aja adigang, adigung,
adiguna).
Semua watak buruk itu harus dihindari, dijauhi,
dan ditinggalkan. Orang harus senantiasa berusaha menanam kebajikan dan
terus-menerus menyemai budi luhur sebagai keutamaan (nandur kabecikan, ndhedher kautaman). Orang yang baik selalu
berusaha menyenangkan hati orang lain (amemangun
karyénak tyasing sesama), seperti mengemukakan pendirian secara lembut (pambegané alus; landhep tanpa natoni),
berhati-hati dalam berbicara (yèn angucap
ngarah-arah), tingkah dan tutur katanya bersahaja (tingkah una-uniné prasaja), setiap
ucapannya terasa sejuk
menembus kalbu karena
dilandasi nurani yang
bersih (saujaré manis trus ati),
bertenggang rasa dan berbelas kasih kepada semua makhluk hidup (kèh tepané mring sagunging urip).
Pendek kata, semua makhluk ingin dibahagiakannya (sama dèn arah raharjané).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar